Senin, 07 Maret 2011

prestasi anak indonesia

Siswa SMAN 1 Sindangkerta Toreh Prestasi di Singapura

PRESTASI gemilang tak hanya menjadi milik sekolah yang ada di kota-kota besar, sekolah nun jauh di pelosok perdesaan pun bisa berprestasi. Bukan sekadar menorehkan tinta emas di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional, bahkan sampai dunia internasional sekalipun.

Salah satu di antaranya kilauan prestasi yang ditorehkan tujuh pelajar SMAN 1 Sindangkerta, Kab. Bandung Barat (KBB). Sekolah yang terletak di Kp. Pasirwaru, Desa Puncaksari ini berhasil menyabet dua gelar pada lomba "Designing Experiment" di Anglo Chinese School, Singapura.

Luar biasanya, dua makalah yang diikutsertakan dalam lomba Designing Experiment berhasil menjadi juara 2 dan 3. Gelar juara 2 diraih lewat makalah tentang efektivitas tanaman kangkung, sebagai agen fitoremediasi dalam pengelolaan air limbah pabrik tepung tapioka alias tepung aci.

Judul makalahnya "Usage of Water Spinach (Ipomoea aquatica forsk) for Starch Waste Water Remediation". Sedangkan juara 3 tentang pembuatan minyak nabati secara fermentasi atau "Production of Vegetable Oil by Fermentation".

Prestasi yang diraih para pelajar SMAN 1 Sindangkerta kelas 10 dan 11 tersebut sangat membanggakan, karena berhasil mengalahkan hasil karya ilmiah dari pelajar se-ASEAN, ditambah dari Meksiko, Cina, India, dan sebagainya. Rencananya tujuh pelajar ini akan berada di Singapura dari tanggal 2 sampai 5 Maret, untuk mempresentasikan makalahnya di hadapan para juri.

Yang menambah kekaguman, ternyata para pelajar berprestasi ini bukan dari golongan keluarga mapan ekonomi. Mereka hanyalah anak-anak buruh bangunan, buruh tani, dan tenaga kerja Indonesia (TKI).

Jalan kaki 1 jam

Seperti Eneng Siti Purmala, hanyalah anak seorang buruh bangunan. Tiap hari siswa kelas 11 ini harus berjalan kaki sejauh 8 kilometer dari rumahnya di Kp. Sukajadi, Desa Weninggalih Gunung, Lembah, dan sawah tiap hari dilewatinya.

"Angkutan umum hanya ada ojek. Ongkosnya mahal, sekali jalan Rp 7.000, jadi kalau pulang pergi harus mengeluarkan uang Rp 14.000/hari. Saya tak mampu membayar ojek, makanya memilih berjalan kaki. Tiap hari berangkat pukul 05.00 WIB. Waktu tempuh ke jalan besar sekitar 1 jam. Barulah dilanjutkan dengan naik angkot," kata pelajar yang selalu menduduki peringkat 1 di kelasnya ini.

Sebelum berangkat ke Singapura, para pelajar berprestasi ini diterima Bupati Bandung Barat, Abubakar, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) KBB, Agus Maolana, di rumah dinas bupati, Jalan Raya Ngamprah, Senin (28/2). Selain mendapat pengarahan dari bupati, rombongan kontingen SMAN 1 Sindangkerta yang berjumlah 11 orang ini mendapat uang saku.

Penelitian tanaman kangkung sebagai media pengolahan limbah air pabrik tapioka dan pembuatan minyak nabati secara fermentasi, dilakukan oleh dua kelompok berbeda. Untuk penelitian tanaman kangkung melibatkan 4 orang siswa, yaitu Yanti Haryanti, Sari Nurmayani, Irfiani Hanifah, dan Sadiatun Nuroniah. Sementara kelompok pembuat minyak nabati beranggotakan Dini Masropatul Ilmi, Marlia Hadiana, dan Eneng Siti Purmala.

Menurut Yanti Haryanti, penelitian untuk melihat efektivitas tanaman kangkung sebagai agen fitoremediasi dalam pengolahan air limbah pabrik, didorong oleh banyak berdirinya pabrik tepung tapioka di Sindangkerta. Limbah dari tepung tapioka ini bukan sekadar mencemari air, tapi juga menimbulkan polusi udara.

"Penggunaan kangkung terinspirasi dari informasi kemampuan tanaman kangkung dalam menurunkan kadar pencemaran. Dari situlah kita memulai penelitian. Kita siapkan bak atau kolam ukuran 3 x 3 meter yang ditanami tanaman kangkung. Kemudian air yang sudah terkontaminasi limbah pabrik tapioka juga dimasukkan," kata Yanti.

Setelah menunggu 13 hari, para peneliti muda ini melakukan pengukuran air limbah tapioka yang digunakan sebagai media kangkung. Hasilnya mengagumkan, terjadi penurunan kadar BOD, pH, bau, dan warna. Bahkan pertumbuhan tanaman kangkung yang menggunakan air limbah tapioka jauh lebih subur, ketimbang kangkung yang menggunakan air biasa.

Kangkung bermedia limbah tapioka dapat menghasilkan 1,6 kilogram kangkung/meter, sementara yang menggunakan air biasa hanya menghasilkan 1,4 kilogram kangkung/meter. Bukan hanya mampu mengurangi kadar limbah, ternyata kangkung yang bercampur limbah tapioka masih aman untuk dikonsumsi.

Sementara itu, penelitian minyak nabati secara fermentasi dengan menggunakan sampel kelapa. Krim santan kelapa ditambahkan dengan ragi dan difermentasikan secara aseptik beberapa hari, ternyata menghasilkan minyak kelapa yang jernih dan tidak berbau. "Biasanya minyak kelapa itu tidak jernih dan bau tengik. Namun setelah menggunakan proses fermentasi, minyak yang dihasilkan menyerupai minyak dalam kemasan," kata guru pembimbing Cece Sutia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar